Kamis, 06 September 2012

Sejarah terjadinya pemushafan


Menurut sejarah Islam, pada mulanya di masa Rasulullah masih hidup, Al Qur'an ditulis oleh penulis-penulis wahyu di atas pelepah kurma, kulit binatang, tulang dan batu. Setiap kali turun ayat, Nabi menginstruksikan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan menuliskannya. Setiap penulis wahyu menulis berdasarkan pengetahuannya masing-masing karena tidak setiap penulis ayat berada di sisi Rasulullah ketika ayat alquran turun. Ketika itu beberapa mushaf berbeda susunan ayat-ayatnya.

          DimasaAbu bakar semua mushaf itu kemudian dikumpulkan.
Kemudian di masa Ustman, semua mushaf itu disusun dalam satu mushaf. Penulisan ini disesuaikan dengan tulisan aslinya yang terdapat pada Hafshah binti Umar. Susunan ayat alquran ditentukan berdasarkan bacaan Nabi Muhammad ketika di tahun wafatnya. Jadi susunan alquran bukan berdasarkan urutan turunnya wahyu tapi berdasarkan pengulangan bacaan Rasulullah yang dibaca berulang-ulang karena memang itu urutan yang telah ditentukan Nabi Muhammad. Pada tahun sebelum Muhammad saw wafat, ketika alquran sudah sempurna, ayat-ayat al-Qur' an dibacakan dua kali dalam setahun oleh Nabi Muhammad.
        Penulisan Mushaf ini diawasi dengan ketat dan disusun menurut sahabat Nabi yang terpercaya yang mendengarkan bacaan alquran ketika Nabi Muhammad membacanya sebelum beliau wafat.

         Pada masa berikutnya agar tidak terjadi salah baca oleh penduduk non arab yang belum begitu tahu tentang tulisan arab yang gundul maka kemudian dalam tulisan alquran diberi titik dan baris.

          Jadi Al Qur’an yang sekarang adalah sesuai dengan yang dibaca oleh Nabi Muhammad. Yang berbeda hanya bentuk tulisan yang kita baca karena dibentuk dengan tanda titik dan baris untuk membantu kita agar dapat membacanya sesuai dengan bacaan yang benar pada waktu itu.
Ustman bin Affan berhasil memushafkan Al-Qur’an yang disebut Mushaf Ustmani yang dilatarbelakangi oleh perbedaan qira’at (baca) Al-qur;an yang menimbulakn percekcokan antara murid dan gurunya. Pada saat penyalinan Al-Qur’an, panitia penyusunan mushaf yang dibentuk oleh Ustman melakukan pengecekan ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafsah dan membandingkan dengan mushaf-mushaf  lain. Dan ketika  itu terdapat 4 mushaf  al qur’an yaitu :
1. Mushaf  Al-Qur’an  yang  ditulis oleh Ali bin Abi Thalib, terdiri dari
111 surat. Surat pertama adalah Al-Baqarah dan surat terkhir al-m’wadzatyn.
2. Mushaf  Al-Qur’an  yang  disusun  oleh Ubay bin Ka’ab, terdiri dari 105 surat. Surat pertama  adalah  Al-Fatihah  dan  yang  terakhir al-Nas
3.  Mushaf Al-Qur’an disusun oleh Ibn Mas’ud, terdiri   dari 108 surat. Surat  pertama  Al-Baqarah  dan  surat  terakhir Qul Huwa Allah  Ahad.
 4.mushaf Al-qur’an yang ditulis oleh Ibn Abbas, terdiri dari 114 surat. Surat  pertama  adalah Iqra’ dan surat terkhir adalah al-Nas.
Dan sehingga sampai sekarang apa yang ada didalam al qur’an menggunakan mushaf  ustman bin affan yang disebut mushaf ustmani.




Setelah sekian lama al qur’an ini ada, ada beberapa orang yang mempertanyakan beberapa  hal  tentang  isi didalam al qur’an yang haq ini. Salah satunya yaitu:
1.Kenapa  peletakan  surat  al fatihah di urutan  pertama, padahal surat        yang pertama kali muncul adalah surat al alaq (ayat 1 sampai 5)
2.Kenapa peletakan surat an nas diurutan terakhir, padahal surat yang terakhir muncul adalah surat al maidah ?
Jawaban :
       1.   Klo kita liat  dari penjabaran  surat  al fatihah. Surat Al-Fatihah ialah surat urutan pertama dalam mushaf `Utsmânî,  artinya “Pembuka”. Surat  yang  diturunkan  di Makah  dan  terdiri  dari 7 ayat ini adalah surat yang pertama diturunkan dengan lengkap dan termasuk  golongan Surat Makiyyah. Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Menurut Ustâdz Syaikh Muhammad al-Madanî menjawab, “Seandainya al-Qur’an disusun sesuai dengan urutan turunnya, pastilah sebagian orang akan memahaminya bahwa al-Qur’an itu diturunkan hanya sesuai dan untuk suatu peristiwa saja. Atau, merupakan peraturan temporer untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa Rasulullah saja. Padahal, Allah menghendaki agar al-Qur’an berlaku umum (mencakup segala permasalahan) dan bersifat universal, tidak hanya untuk satu masa dan kaum. Maka, disusunlah al-Qur’an dengan sistematika sekarang yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya, dan dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yakni ketika turunnya.”
Mengenai pertanyaan kenapa surat al-Fâtihah yang diletakkan pada urutan pertama, nampaknya karena surat disinyalir merupakan intisari al-Qur’an yang karenanya surat ini dinamai pula dengan “Umm al-Qur’an” (Induk al-Qur’an). Di samping itu, surat ini memiliki keistimewaan dan keutamaan yang tidak dimiliki surat lainnya sebagaimana  dituturkan oleh Rasulullah dalam riwayat Ibn Hibbân dari Ubai bin Ka`ab r.a., “Tidak pernah Allah menurunkan di dalam Taurat dan Injil yang menyamai Umm al-Qur’ân (Al-Fâtihah).” “Fâtihah al-Kitâb (al-Fâtihah) adalah surat yang paling mulia di dalam al-Qur’an.”
2 Surah An-Nas (bahasa Arab:النَّاسِ, "Manusia") adalah surah terakhir (ke-114) dalam al-Qur'an. Nama An-Nas diambil dari kata An-Nas yang berulang kali disebut dalam surat ini yang artinya manusia. Surah ini termasuk dalam golongan surah makkiyah. Isi surah adalah menganjurkan manusia memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan baik yang berasal dari golongan manusia maupun jin.
Keutamaan Surah An-Nas

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila hendak tidur, Beliau membaca Surah Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan kemudian disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.
Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit kala, kemudian Beliau mengambil air garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit kala tadi.
'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalm suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga untuk membacanya.
Barang siapa terkena penyakit karena perbuatan syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.
Barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.
Surah Al-Ma'idah (bahasa Arab:المآئدة, al-Mā'idah, "Jamuan (Hidangan)") adalah surah ke-5 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 120 ayat dan termasuk golongan surah Madaniyah. Sekalipun ada ayat-ayatnya yang turun di Mekkah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, yaitu di waktu peristiwa Haji Wada'. Surah ini dinamakan Al-Ma'idah (hidangan) karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa a.s. meminta kepada Nabi Isa a.s. agar Allah menurunkan untuk mereka Al-Ma'idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112). Dan dinamakan Al-Uqud (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surah ini, dimana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan juga Al-Munqidz (yang menyelamatkan), karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa a.s. penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah.
Pokok-pokok isi
Keimanan:Bantahan terhadap orang-orang yang mempertuhankan Nabi Isa a.s.
Hukum-hukum:Keharusan memenuhi perjanjian; hukum melanggar syi'ar Allah; makanan yang dihalalkan dan diharamkan; hukum mengawini ahli kitab; wudhu; tayammum; mandi; hukum membunuh orang; hukum mengacau dan mengganggu keamanan; hukum qishaas; hukum melanggar sumpah dan kafaaratnya; hukum binatang waktu ihram; hukum persaksian dalam berwasiat.
Kisah-kisah:Kisah-kisah Nabi Musa a.s. menyuruh kaumnya memasuki Palestina; kisah Habil dan Qabil, kisah-kisah tentang Nabi Isa a.s.
Dan lain-lain:Keharusan bersifat lemah lembut terhadap sesama mukmin bersikap keras terhadap orang-orang kafir; penyempurnaan Agama Islam di zaman Nabi Muhammad SAW; keharusan jujur dan berlaku adil; sikap dalam menghadapi berita-berita bohong; akibat berteman akrab dengan orang yang bukan muslim; kutukan Allah terhadap orang-orang Yahudi, kewajiban rasul hanya menyampaikan agama; sikap Yahudi dan Nasrani terhadap orang Islam; Ka'bah ; peringatan Allah supaya meninggalkan kebiasaan Arab jahiliyah; larangan-larangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengakibatkan kesempitan dalam agama.


Kesimpulan:
“Jadi susunan alquran bukan berdasarkan urutan turunnya wahyu tapi berdasarkan pengulangan bacaan Rasulullah yang dibaca berulang-ulang karena memang itu urutan yang telah ditentukan Nabi Muhammad. Maka dari itu pertanyaan diatas tidak ada jawabannya sesungguhnya hanya  alloh yang tahu. Adapun klo ada jawabannya itu hanya asumsi manusia itu sendiri yang berfikir secara logis. Kesimpulan ini saya  ambil setelah  mendapat jawaban  dari beberapa narasumber yang saya tanya.”



1 komentar:

Aki Adnani mengatakan...

Ada analisa bahwa bila dalam Alquran susunan surah-surahnya sesuai dgn urutan (sequence) turunnya wahyu berarti wahyu Allah hanya berlaku hanya pada waktu itu saja (Selama Rasulullah masih hidup), sangat tidak beralasan yang ilmiah. Yang lebih masuk akal penyusunan dilakukan sebagaimana kita lihat sekarang, bolehjadi mengacu kepada urgensi kepentingan umum dimana kaum muslimin sepeninggal Rasulullah, tidak se-istiqomah pada masa Raulullah masih hidup. Sehingga, untuk menyadarkan dan menyegarkan fungsi Alquran, maka surat yang berisi ayat agar jangan ragu-ragu kepada Alquran itu, lebih ditonjolkan. Bahkan bila sekarang Alquran tiu ditafsirkan sejarah dan kandungannya (tafsirnya) akan terlihat bagaimana perjalanan agama yang dibawa Rasulullah itu lebih dapat diresapi.Kalau Rasulullah diajari Allah sesuai dengan susunan turunnya wahyu, mengapa kita tidak mencoba mengungkapnya? Bila ada yang berminat mengkaji Alquran sesai dengan sequence (urutan) turunnya wahyu, Insya Allah, silahkan hubungai: mustafaadnani@gmail.com atau 08158863049.