Minggu, 20 Mei 2012

Tanggung Jawab Sosial & Etika Bisnis



 
BAB 1
ETIKA BISNIS:  SEBUAH PERSPEKTIF

Seberapa beretikakah?
Apa sebenarnya yang sedang terjadi di dalam dunia bisnis kita saat ini? Sebegitu jelekkah etikanya? Dan berapa banyak lagi bisnis yang tidak beretika di indonesia akan terkuak? Kemana nilai-nilai etika mereka?
Istilah etika bisnis sudah mulai muncul sejak tahun 1960 an. Pada saat itu di tandai dengan perubahan-perubahan sudut pandang dalam berperilaku di komunitas amerika serikat dan juga terhadap dunia bisnis.Bisnis-bisnis besar menjadi penguasa, menggantikan bisnis-bisnis kecil dan menengah dalam ekonomi komunitas amerika.Isu etika bisnis kemudian semakin merebak di komunitas dan kemudian menjadi kajian di berbagai Universitas di Amerika Serikat tahun 1970-an.
Etika dalam arti sebenarnya dianggap sebagai suatu acuan yang menyatakan apakah tindakan, akivitas atau perilaku suatu inividu bisa dianggap baik atau tidak,  sehingga kita dapat simpulkan bahwa etika bisnis sudah tentu akan berbicara mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktifitas bisnis.
Pada umumnya orang memandang bahwa etika dalam bisnis adalah suatu normatif disiplin dimana ada setandar-standar tertentu yang sudah di tentukan dalam lingkungan bisnis tersebut yang harus diterapkan dalam menjalankan aktivitas bisnis tersebut. Standar-standar ini akan menunjukan apakah yang segala aktifitas yang dijalankan tersebut akan di ponis sebagai suatu bisnis yang baik atau buruk.
Jadi seperti apa etika bisnis itu? Bila dilihat sekilas, maka bisa disebutkan bahwa etika bisnis itu adalah acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya agar aktivitas yang mereka lakukan tesebut tidak merugikan individu atau kelompok komunitas atau lebaga lainnya.
“Jadi etika adalah pedoman untuk bertingkah laku, bertindak dan merespon lingkungan”
Dengan alasan mengejar keuntungan, membuat pelaku bisnis menjadi sesuatu yang tadinya “Haram” untuk di lakukan menjadikan “Halal” mereka selalu berkilah “Business Is business”  jangan dicampur adukan dengan yang lainnya.

Etika : Inti Pedoman Bagi Tingkah Laku
kembali pada istilah etika. Apa yang akan terpikirkan oleh kita ketika kita mendengar kata-kata etika di ucapkan dalam sebuah percakapan? Biasanya kata tersebut muncul berkaitan dengan status s ipengucap yaitu orang tua atau orang yang biasa dihormati, disegani dan selalu terkait denagn suasana formal.
Pada umumnya etika berkenaan dengan suatu pedoman yang bersipat sakral, sopan, baik, dihormati, penuh tatakrama, bermoral, tidak mempecundangi, tidak merugikan, tidak menyusahkan orang lain dsb,
Etika merupakan sebuah pedoman yang dipakai untuk mengukur suatu tingkah laku yang tidak berkenaan baik secara individu maupun kelompok etika menjadi sebuah acuan yang harus dipedomani untuk suatu perbuatan baik, seperti etika beragama, etika berpolitik, etika makan, etika hubungan sosial, etika terhadap orang tua, etika bisnis dst.
Bila berkaitan dengan bisnis, maka terbayang dibenak kita bahwa suatu kegiatan bisnis yang mempunyai etika tertentu yang dianggap dan diacu oleh pelaku bisnis yang dapat menciptakan keuntungan tanpa merugikan pihak lain, berbisnis yang sopan, tidak hantam kromo bahkan dengan jelas kita mengerti bahwa etika bisnis itu adalah suatu tatanan perbuatan baik yang harus diacu dan di jadikan pedoman untuk melakukan bisnis yang bersifat tidak merugikan pihak lain baik langsung maupun tidak langsung secara moral.
Etika bisnis selalu berkaitan dengan hubungan sosial ekonomi dan menjadi suatu alat acuan yang dapat dipakai bagi pembenaran atau pembelaan suatu aktivitas individu atau kelompok. Acuan ini sering dipakai sebagai landasan yang kerap didasari pada pendapat atau kumpulan pendapat dari sekelompok orang dengan model dan karakteristik yang berbeda.
Etika bisnis akhirnya juga dapat dikatakan bersifat abstrak dan mempengaruhi tingkah laku individu yang mengangap sebagai acuan untuk bertingkah laku.
Komunitas perusahaan menggunakan persepsi mereka sendiri dengan kondisi pola hidupnya yang berbeda, untuk diterapkan pada kebiasaan dari komunitas dengan kondisi sosial yang tampak, disamakan dengan kondisi sosial pada pola hidup komunitas perusahaan.
Perbedaan tampak sangat jauh dan sulit untuk disatukan atau bersatu dalam bentuk fungsi antara perusahaan dengan komunitas lokal, karena perusahaan seakan tidak memerlukan aktivitas komunitas lokal.
Etika bisnis pada dasarnya bicara tentang moralitas dari suatu kegiatan bisnis yang ada dalam komunitas, kegiatan bisnis yang ada dikomunitas tentunya dilakukan oleh pihak perorangan atau swasta atau perusahaan dalam konteks ini etika bisnis merupakan dengan sebuah kunci kesuksesan suatu perusahaan dalam melakukan aktivitasnya, yang etika bisnis tersebut menjadi inti dari kebudayaan perusahaan yang dianutnya. Perusahaan yang mempunyai etika bisnis adalah perusahaan yang salah satunya mempunyai tanggung jawab sosial terhadap komunitas yang hidup dilingkungannya, apakah komunitas perusahaan lainnya, apakah komunitas lokal sebagai penduduk setempat, serta pemerintah, dan yang paling penting adalah menjaga hubungan baik kedalam perusahaan itu sendiri yaitu hubungan antara para karyawannya, atasan, dan bawahan dalam perushaan serta dengan keluarga karyawannya.
Gambaran ini mengisyaratkan bahwa keberadaan manusia pada dasarnya adalah untuk bekerjasama, berkumpul untuk membentuk kegunaan yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya.
Moralitas perbedaan jenis kelamin dalam konteks budaya dapat kita lihat pada bentuk-bentuk pola hidup masing-masing komunitas.
Pada komunitas nelayan, tidak ada satupun perempuan yang bekerja sebagai nelayan mencari ikan dilaut dengan menggunakan kapal atau perahu.
Pada komunitas berternak, kehidupan laki-laki adalah menggembalakan ternak yang pindah dari satu daerah ke daerah lain.
Dengan dasar kondisi fisik dan juga sifat dari masing-masing jenis kelamin ini maka tercipta bentuk-bentuk peranan yang harus dilakukan dalam konteks status dalam suatu budaya tertentu,salah satu bentuk peranan yang menonjol berkaitan dengan jenis kelamin adalah pembagian kerja.
Masalah gender ini pada dasarnya bukanlah harus ditanggapi secara jenis kelamin, artinya apabila terdapat suatu keadaan yang merugikan perempuan maka itu adalah gender,berbeda dengan keadaan yang merugikan laki-laki bukanlah masalah gender. Masalah gender ini sangat berkaitan dengan budaya yang dianut oleh komunitas yang mendukung budaya tersebut,sehingga akan tampak perbedaan antara satu komunitas dengan komunitas lainnya dalam hal pembagian peran ini.
Bentuk – Bentuk Substansi Etika
Dalam dunia bisnis terdapat lima bentuk mitos tentang etika bisnis yang masing – masing mitos ini menggambarkan keterkaitan tingkah laku bisnis dengan moral yang dipegangnya.
1.      Mitos Pertama
Menyatakan bahwa etika adalah bersifat personal, kebebasan individu bukan sesuatu yang bersifat umum dan tidak boleh diperdebatkan.
2.      Mitos Kedua
Menyatakan bahwa bisnis dan etika yang disatukan atau dicampuradukan.
3.      Mitos Ketiga
Menyatakan bahwa etika dalam bisnis adalah berhubungan.
4.      Mitos keempat
Menyatakan bahwa bisnis yang baik berarti mempunyai etika yang baik.
5.      Mitos Kelima
Menyatakan bahwa informasi dan perhitungan adalah sesuatu yang amoral.

Etika dan Tingkah Laku Bisnis
Berbicara tentang etika, maka tidak akan lepas dari penilaian dalam suatu komunitas atau komunitas terhadap gambaran tingkah laku seseorang yang terwujud secara nyata dalam kaitannya dengan orang lain tau kelompok orang lain.
Begitu juga hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya terdapat tingakatan etika tertentu yang sering disebut sebagai etika lingkungan yaitu bagaimana manusia memperlakukan lingkunagan alamnya agar hasil perlakuannya tidak merugikan orang lain dehingga tidak dianggap sebagai pelanggaran etika
Kenapa Beretika Menjadi Sulit
Menurut maxwell (2004), ada tiga alasan kenapa orang memilih tindakan-tindakan tidak etis yaitu:
1.      Orang akan berbuat apa yang paling leluasa bisa diperbuatnya.
Ketika orang dihadapkan pada dilemma etika,disana dia terkadang akan dihadapkan pada oilihan pilihan yang tidak diinginkan atau yang tidak menyenangkan menyangkut suatu prinsip atau praktek moral.
2.      Orang akan berbuat demi suatu kemenangan.
Siapapu orangnya didunia ini angat benci kekalahan .Apalagi Para pembisnis, pasti akan selalu menang lewat prestasi dan kemudian meraih sukses karenanya.

3.      Orang selalu mencoba merasionalisasikan pilihan-pilihan dengan relatifisme.
Banyak oranmg memilih menghadapi situasi-situasi yang tidak bisa menang dengan memutuskan apa yang benar saat ini menurut keadaan mereka

BAB 2
MODEL, SUMBER DAN FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG BERETIKA DAN BISNIS

Model Etika Dalam Bisnis
Carroll dan Buchollz (2005), membagi tiga tingkat manajemen dilihat dari cara para pelaku bisnis dalam menerapkan etika dalam bisnisnya.
1.      Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal, organisasi, maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya.

Para peaku bisnis yang melakukan tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungannya dalam menjalankan bisnisnya.

Manajemen atau pembisnis dengan gaya ini menganggap buku sebagai rintangan terbesar dalam aktivitas mereka dan etika adalah sesuatu yang tidak perlu diacuhkan yang terpenting memperoleh untung atas aktivitas mereka.

2.      Amoral manajemen
Tingkat kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral manajemen ada dua jenis manajemen tipe amoral ini yaitu :
a.      Manajer yang dikenal tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager), tipe ini adalah para manajer yang di anggap kurang peka.
b.      Tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun secara sengaja melanggar etika tersebut.

3.      Moral Manajemen
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Manajer yang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti keadilan, kebenaran dan aturan-aturan emas ( golden rate )sebagai pedoman segala keputusan bisnis yang
diambil. Ketika terjadi permasalahan manajemen seperti ini menanggung dan memikul posisi kepemimpinan untuk perusahan-perusahan dan industrinya.


Sumber Nilai-Nilai Etika

Stainer dan John (2006 ) Nilai etika akan menjadi suatu mekanisme yang mengontrol perilaku dalam bisnis dan juga dalam kehidupan kita lainnya.
Sumber nilai-nilai etika dalam komunitas yaitu :

1.      Agama
Max Weber “ The Protestant Ethic and The Spiritof Capitalism “ ( 1904-1905 ) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat antara ( ajaran-ajaran ) agama dan etika kerja, atau antara penerapan ajaran agama dengan pembangunan ekonomi.

Hans kung ( 2005 ) menyebutkan pada intinya ada persamaan prinsip-prinsip nilai-nilai dasar etika yang ada dalam ketiga agama nabi ibrahim ini yaitu :

-       Keadilan 
-       Saling menghormati
-       Pelayanan
-       Kejujuran
Mubyarto (2002) menyebutkan Dalam ajaran islam, etika bisnis dalam islam menekankan pada empat hal, yaitu: kesatuan (unity),keseimbangan (equilibrium),kebebasan (free will),dan tanggung jawab (responsibiliity)
2.      Filosofi
Ajaran-ajaran ini berkembang terus berkembang dari tahun ke tahun, yaitu dimulai dari:

1.      Socrates (470 SM-399 SM)
Dengan pepatahnya yang terkenal yaitu “ Kenalilah dirimu”.  Dia yang memperkenalkan  ide-ide bahwa hukum moral lebih tinggi dari pada hukum manusia.

2.      Plato (428-328 SM)
Yang merupakan murid socrates, karyannya yang paling terkenal ialah Republik(dalam bahasa yunani:politeia atau “negeri”) yang dia uraikan tentang garis besar pandangannya pada keadaan “ideal” suatu negara.
Murid Plato, Aristoteles adalah salah satu orang yang dianggap berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Etika dari sudut pandang Aristoteles adalah perilaku jiwa yang baik yang menuntun kepada kebahagiaan dan kebenaran.
Memasuki masehi, nilai-nilai etika juga  muncul dari filosofi kehidupan dari teodolog-teodolog dunia. Bila di negara-negara barat setelah jatuhnya Romawi menonjol pola pikir etika kristiani. Dinegara islam dan negara-negara yang mayoritas muslim, pola hidup nabi Muhammad SAW dianggap sebagai salah satu sumber tauladan etika termasuk dalam bisnis.
Ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Pertama “tauhid” yang berarti memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis adalah milik Allah. Kedua “adil” artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis harus didasari dengan “akad saling setuju dengan sistem profit dan loss sharing. Pilar ketiga adalah “kehendak bebas “ dan yang keempat adalah pertanggung jawaban
3.      Pengalaman dan Perkembangan Budaya
Setiap transisi budaya antara generasi ke generasi berikutnya akan mewujudkan nilai-nilai, aturan baru serta standar-standar yang kemudian diterima dalam komunitas tersebut selanjutnya akan terwujud dalam komunitas.

4.      Hukum
Adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka yntuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Indonesia adalah Negara yang menganut sitem hokum campuran dengan sitem hokum utama yaitu hukum eropa Kontinental.
Menurut Boatriht (2003) meyebutkan beberapa alasan mengenai Hukum bisnis :
1.Hukum tidaklah cukup untuk mengatur semua aspek aktifitas dalam bisinis
2.Hukum selalu dibuat setelah pelanggaran terjadi
3.Hukum atau undang-undang sendiri selalu menerapkan konsep-konsep moral yang tidak mudah untuk didefinisikan.
4.Hukum Sering tidak pasti
5.Hukum kadang tidak bisa diandalkan
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial
Stainer (2006), Menyebutkan ada beberapa fakto-faktor yang mempengaruhi yaitu:
1.      Leadership
Peran majaner dalam menjalankan suatu perusahaan adalah sangat sentral sebab, manajerlah yang menjadi orang yang akan mengambil keputusan-keputusan penting dalam menjalankan seluruh aktivitas perusahaan.
Blanchard dan peale (1998), menyebutkan ada beberapa hal yang dilakukan pemimpin yang beretika yaitu:
·         Jalan yang memberikan makna dan arti hidup pemimpin tersebut.
·         Karena kepercayaan diri merupakan rasa bangga (Pride).
·         Berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang di ambilnya dan dirinya sendiri
·         Berperilaku dengan teguh.
·         Ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang di cita-citakan.
·         Berperilaku secara konsisten.

2.      Strategi dan Performasi
Fungsi penting dari manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika.
3.      Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual, dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan.
4.      Karakteristik Individual
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dan perusahaan tersebut.
BAB 3
ISU-ISU UTAMA ETIKA BISNIS DI INDONESIA
Korupsi: Masalah Etika Klasik
Tingginya tingkat korupsi di indonesia  telah mendapatkan komplain oleh banyak pihak, bank dunia,komunitas bisnis  internasional dan juga para ekonom-ekonom liberal pasar bebas.
Apakah Sebenarnya Korupsi Itu?
Deffinisi korupsi (bahasa latin:corruptio dari kata kerja corrumpere= busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang di percayaka kepada mereka.
Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dalam bukunya berjudul “Strategi Pemberantasan Korupsi” Korupsi dapat dipicu oleh:
1.      Aspek individu pelaku
a.      Sifat tamak manusia
b.      Moral yang kurang kuat
c.       Penghasilan yang kurang mencukupi
d.     Kebutuhan hidup yang mendesak
e.      Gaya hidup yang konsumtif
f.        Malas atau tidak mau kerja
g.      Ajaran agama yang kurang diterapkan

2.      Aspek Organisasi
a.      Kurang adanya sifat keteladanan pimpinan
b.      Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c.       Sistem akuntabilitas yang benar diinstanti pemerintah yang kurang memadai
d.     Kelemahan sistim pengendalian manajemen
e.      Manajemen cenderung menutupi korupsi didalam organisasi.
3.      Aspek Tempat Individu dan Organisasi Berada
a.      Nilai – nilai di komunitas kondusif untuk terjadinya korupai
b.      Komunitas kurang menyadari sebagai korban utama korupsi
c.       Komunitas kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi
d.     Komunitas kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa di cegah dan di berantas bila komunitas ikut aktif
e.      Aspek peraturan perundang-undangan
Tindakan korupsi secara langsung akan mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi, korupsi juga menimbulkan distorsi (kekacauan) didalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek komunitas yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak.
Para ekonomi menyebutkan bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di afrika dan asia, terutama di afrika,  adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital invesment) keluar negeri, bukannya di investasikan kedalam negeri.
Dilain sisi korupsi oleh para pejabat negara akan mendorong kebijaksanaan pemerintah yang sering lebih menguntungkan kepada pemberi sogok,bukan para rakyat luas, catatan komunitas transparasi indonesia dan beberapa modus yang timbul di Indonesia yaitu :
1.      Pemerasan pajak
2.      Manipulasi tanah
3.      Jalur cepat pembuatan KTP
4.      SIM jalur cepat
5.      Markup Budget/ anggaran
6.      Proses tender
7.      Penyelewengan dalam penyelesaian perkara
Beberapa Kasus Korupsi Pada Sektor Swasta di Indonesia
Diantara kasus  korupsi besar diindonesia
·         Korupsi Pertamina
·         Korupsi grup Salim dan Bulog
·         Korupsi Bapindo
·         Korupsi HPH dan dana reboisasi hasil audit Erness dan Young
·         Korupsi Bantuan Likuiditas BI
Pemalsuan atau pembajakan Hak Cipta
Indonesia menempati peringkat lima pembajakan piranti lunak pada 2004. Berdasarkan studi yang dilakukan buisness software alliance (BSA, Organisai produsen piranti lunak dan badan riset, IDS, peringkat teratas diduduki vietnam, ukraina, cina, dan simbabwe).
Tingkat pembajakan indonesia menurut hasil studi itu mencapai 87%, turun 1% dari sebelumnya. Namun, penurunan ini tidak diikuti dengan penurunan nilai kerugian yang justru meningkat.
Lemahnya penegakan hukum di indonesia sehingga masalah ini tidak pernah membasmi sampai akar permasalahannya, pembajakan dan pelanggaran hak cipta ini semakin meningkat tahun ke tahun. Sebenarnya dari sisi undang-undang indonesia memiliki UU hak cipta No 19/2002. Dari seluruh pembajakan yang ada di indonesia yang paling banyak mendapat kerugian adalah industri perangkat lunak sementara itu, untuk pembajakan buku, taksirannya beragam. Survai di surabaya oleh warta ekonomi, misalnya, jumlah pembajakan buku di perkirakan mencapai 10% dari omset penjualan buku asli.
Diskriminasi dan Perbedaan Gender
Tindakan diskriminasi adalah tindakan memperlakukan seseorang atau sekelompok orang atau suatu perusahaan berbeda dari orang lain.
Apa sih Sebenarnya Gender Itu?
Menurut hanifah gender berasal dari bahasa latin yaitu “Genus” berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Dalam masyarakat kita pada umum melihat bahwa gender selalu dikaitkan dengan perbedaan sex (Jenis Kelamin). Apa hal itu adalah suatu yang berbeda? Hanifah menyebutkan bahwa gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan sex adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu perilaku terhadap perbedaan gender, lebih mengarah pada bagaimana bersikap dan memperlakukan antara gender satu dengan yang lain.
Dalam perjalan karirnya perempuan umumnya lebih sering mengalami apa yang disebut sebagai efek dalam “Langit-langit Kaca” (glass cailing). Langit-langit kaca adalah sebuah arti ficial barier yang menghambat perempuan mencapai posisi puncak pada suatu institusi tempat ia bekerja secara faktual ia melihat posisi puncak itu dan merasa mampu kesana, tapi pada faktanya ia terhalang oleh langit-langit kaca tersebut ini disebabkan karena hakikat kodratnya yang tak dapat di pungkiri, karena ia memiliki ke khasan secara fisik maupun psikis.Secara teoritis, efek langit-langit kaca umum dapat dilihat dari dua sisi yatu sisi permintaan dan sisi penawaran. Langit-langit kaca ini dalam beberapa hal umumnya dapat diatasi dengan menggungakan sisi penawaran, yaitu sesuatu yang ditawarkan oleh si perempuan itu sendiri. Bila dilihat dari tingkat partisipasi perempuan di indonesia dapat di katakan terus meningkat, tetapi pekerja perempuan masih sering tidak diakui dan tidak dihargai sebagaimana mestinya sehingga kontribusi dari pekerja perempuan masih tetap bersifat “invisible”.
Beberapa masalah yang sering dihadapi oleh perempuan pekerja adalah:Upah perempuan pekerja jauh lebih rendah dari pada upah tenaga kerja laki-laki
1.      Masih banyak pengusaha yang menghargai perempuan sebagai pekerja lajang
2.      Masih banyak pengusaha yang tidak memperbolehkan suami-istri pekerja di satu perusahaan sehingga perempuan pada umumnya terpaksa mengundurkan diri
3.      Larangan bagi seorang istri atau suami tenaga kerja asing bekerja di satu negara
4.      Penentuan usia pensiun yang lebih muda bagi perempuan dari pada laki-laki
5.      Perempuan bagaimanapun berbeda dengan kaum pria
6.      Seringkali kaum perempuan mendapat perlakuan yang tidak layak.
Akar Diskriminasi Perempuan Pekerja
Diskriminasi terhadap perempuan ini berakar dari budaya patriarki yang disosialisasikan melalui pendidikan dirumah. Disektor publik, negara mengukuhkan nilai-nilai gender dan ideologi dalam keluarga yang bisa gender itu kedalam kebijakan peraturan hukum dan program-program yang bias gender.
Konflik Sosial dan masalah Lingkungan
Masalah dan konflik berlatar belakang kesenjangan cara hidup dan perbedaan budaya  namun masalah lingkungan juga menjadi pemicu konflik, karena pada umumnya yang dirugikan adalah kuminitas lokal. Masalah konflik seperti ini banyak terjadi antara perusahaan pendatang dengan komunitas lokal seperti antara pemilik hak izin HPH, pengusaha perkebunan sawit, perusahaan tambang, terutama perusahaan tambang asing.
Misal beberapa konflik didaerah pertambangan adalah:
-       Dayak kelian Vs Rio Tinto dan PT Kelian Equatorial Mining
-       Komunitas Kutai Vs Unicoal
-       Suku Dayak Vs PT. Indo Muro Kencana
-       Dayak Vs “Minamata”
-       Konfik PT.Newmont Nusa Tenggara dan Rakyat Setempat
-       Barisan Tropical mining Sumsel dengan komunitas desa Muara Tiku
BAB 4
KEBUDAYAAN PERUSAHAAN (Corporate culture)

Pedoman pemahaman dan pedoman tingkah laku
Segala tindakan dan tingkah laku manusia bila dicermati akan tampak sebuah pola yang menggolongkan manusia tersebut dalam kelompo-kelompok sosial tertentu yang menjadi ciri dari tindakan khas kelompok sosial yang bersangkutan.
Semua kegiatan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia selalu berkaitan dengan kebudayaan, tetapi tidak sedikit orang yang menyatakan bahwa kebudayaan hanya yang berkaitan dengan tradisi turun temurun, dan bahkan lebih spesifik hanya pada tari-tarian dan seni atau acara perkawinan saja.
Menurut turner (1967) adalah sesuatu yang dianggap dengan persetujuan bersama sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dan pikiran turner juga menjelaskan bahwa keyakinan mempunyai 3 dimensi yaitu:
1.      Pemahaman (Eksegetik)
Penafsiran yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang mewujudkan simbol-simbol tertentu dalam tingkah lakunya.

2.      Operasional , penafsiran yang diungkapkan secara verbal dan yang ditunjukan secara situasional.

3.      Posisional, mempunyai banyak arti, artinya akan terkait dengan simbol-simbol lainnya atau mempunyai relasi dengan simbol-simbol lainnya.
Ciri khas simbol adalah bersifat multivokal, polarisasi serta univikasi. Maksudnya adalah mempunyai banyak arti sehingga kadang masing-masing arti bisa bertentangan satu dengan lainnya dan dia juga merupakan penyatuan dari simbol-simbol lainnya.
Simbol-simbol dalam sistem budaya terbagi dalam 4 perangkat yang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu:
1.      Simbol-simbol konstitutif yang berisi simbol-simbol keyakinan yang menyatakan kebenaran mutlak.
2.      Simbol kognitif yang merupakan simbol pengetahuan tentang pengorganisasian (Pengeksploitasian, pemanfaatan, pemeliharaan) lingkungan.
3.      Simbol evaluatif atau penilaian yang berisi simbol-simbol baik buruk, indah jelek, dapat dimakan-tidak dapat dimakan, matang-busuk dsb.

Kebudayaan Perusahaan
Pembentukan Budaya perusaaan adalah adanya penggabungan dua perusahaan atau lebih yang mempunyai oreantasi yang sama, kebudayaan perusahaan pada dasarnya dapat bertahan lama apabila proses dan sarana dalam pembudayaan dari pedoman yang ada terhadap anggotanya dapat berjalan dengan baik.
Audit sosial merupakan cara yang jitu dalam melihat loyalitas anggota komunitas perusahaan terhadap korporasinya dan ini didahului oleh adanya monitoring dan evaluasi terhadap tingkah laku anggotanya.
Berjalannya sebuah perusahaan dalam segala kegiatannya tidak akan lepas dari tingkah laku dari para anggotanya yang sering dikatakan sebagai stakeholder.
Apresiasi Budaya (Menghargai Budaya dan Pembudayaan Pedoman Bertindak)
Apresiasi budaya menyangkut beberapa proses yang antara lain:
1.      Pengembangan Strategi, adalah suatu proses dalam rangka mewujudkan etika dalam nilai budaya suatu perusahaan kedalam wujud yata sebagai tindakan.
Dalam pengembangan strategi ini yang diperhatikan dalam komunitas adalah:
a.      Golongan anggota komunitas yang masih mengenal, memahami, dan melaksanakan nilai-nilai perusahaan.
b.      Dukungan dalam mewujudkan nilai-nilai yang telah diterima oleh karyawan yang aktif.
c.       Keterlibatan seluruh anggota komunitas (karyawan dan pegawai) dalam penanaman nilai-nilai.
d.     Anggota komunitas korporasi yang mudah menerima pembaharuan.


2.      Pengembangan Metodologi dan Instrumen
Dalam mengembangankan metodologi dan instrumen cara yang dilakukan dalam melihat komunittas perusahaan adalah:
a.      Cara mengaplikasikan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari
b.      Peran tokoh dalam komunitas perusahaan (Biasanya seseorang ingin dianggap tahu tentang perusahaan yang bersangkutan dan ini bisa para pensiunan atau juga para pemegang saham) dalam melestarikan nilai-nilai budaya setempat.
c.       Instrumen yang digunakan untuk melestarikan nilai-nilai budaya perusahaan setempat.

3.      Pengembangan Teknik dan Prosedur
Maksudnya adalah suatu cara dan urutan tindakan apa saja yang dilakukan dalam mewujudkan nilai budya untuk menjadi tindakan yang sesuai dengan kebudayaan yang dianut oleh komunitas perusahaan.

Yang diperhatikan dalam usaha pengembangan teknik dan prosedur disini adalah:
a.      Kiat yang diupayakan untuk mendukung pelestarian nilai budaya.
b.      Teknik penyampaian nilai budaya kepada anggota baru komunitas.
c.       Cara meneruskan budaya pada anggota komunitas yang baru.

4.      Sosialisasi dan Pembelajaran
Maksudnya suatu proses untuk belajar berperan bagi individu dalam suatu komunitas perusahaan dengan kebudayaan tertentu.

Untuk melihat sosialisasi yang dilakukan oleh suatu komunitas perusahaan dalam mengapresiasikan budayanya akan melalui beberapa cara sebagai berikut:
a.      Usaha sosialisasi dan pembelajaran nilai budaya pada anggota baru. Maksudnya adalah apa saja usaha-usaha yang dilakukan berkenaan dengan proses belajar berperannya anggota komunitas perusahaan, seperti bagaimana seseorang dapat mengajarkan nilai-nilai budaya yang ada.
b.      Pemahaman dan penghargaan terhadap usaha sosialisasi. Maksudnya adalah bagaimana memelihara pranata sosial yang telah dapat berperan dalam menginternalisasikan nilai-nilai budaya yang ada.
c.       Sistem pewarisan nilai budaya. Maksudnya adalah segala proses dan aturan serta fungsi dalam sebuah perangkat untuk dapat menjadi wahana sosialisasi nilai budaya kepada anggota komunitas korporasi berikutnya.
d.     Arena sosialisasi nilai budaya. Yang dimaksud disini adalah arena sosial apa saja yang dapat di pakai dalam proses belajar berperan oleh anggota komunitas korporasi dalam mewujudkan nilai-nilai budaya yang berlaku.
e.      Peran media massa dalam proses sosialisasi. Yang dimaksud adalah segala macam wahana yang berkenaan dengan penyebaran nilai budaya.
Dengan apresiasi budaya masing-masing anggota komunitas yang dalam hal ini adalah komunitas perusahaan dapat dengan baik menginternalisasikan nilai-nilai dan norma serta pengetahuan dan aturan perusahaan ke dalam tingkah laku masing-masing individu. Dengan demikian secara otomatis kebudayaan perusahaan yang ada dapat berkesinambungan. Kebiasaan dari kebudayaan perusahaan yang ada yang didalamnya terdapat etika dalam perusahaan tersebut dapat terjaga ketika pranata sosial yang ada dalam perusahaan tersebut terjaga dengan baik dan dilaksanakan sebagai sebuah aturan milik dari anggota-anggotanya.
Proses pembudayaan dari sebuah komunitas perusahaan dapat dipantau memlalui kegiatan audit sosial yang juga sebagai sebuah pranata penyeimbang dan pemantau dari segala aturan yang telah ada di perusahaan.
Sehingga dengan demikian audit sosial sebagai perangkat pengatur dan penilai dari berjalannya sebuah budaya korporasi perlu diperhitungkan dengan baik. Hal ini berkaitan dengan kesinambungan dari berjalannya kebudayaan perusahaan yang ada.
Pembentukan budaya dalam sebuah korporasi menjadi hal yang mutlak bagi pengembangan sinergi hubungan antar karyawan sebagai anggota warga korporasi yang bersangkutan.
Ini ditunjukan dengan peranan budaya perusahaan yang menjadi pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku bagi para karyawannya. Dengan adanya pedoman yang sama yang dijadikan acuan bagi karyawan dalam wadah budaya perusahaan, maka otomatis nilai-nilai dan norma serta etika dalam korporasi dapat terimplementasikan dalam pranata-pranata sosialnya yang digambarkan dengan aturan dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitasnya (Misalnya produksi, distribusi, pelayanan terhadap karyawan dsb).
Didalam pranata sosial perusahaan, diatur segala status dan peran dari pada karyawan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam budaya perusahaan. Aturan, nilai, norma dan pengetahuan dalam korporasi pada dasarnya adalah kebudayaan korporasi itu sendiri dan wujud dari kebudayaan akan melalui pranata sosial yang ada dan berlaku dikorporasi.

Tugas  Ringkasan Buku
Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Indonesia
Penerbit                : Rekayasa Sains
Penulis                  :BambangRudito
                              MeliaFamiola
Tebal Buku           : 266 Halaman
 Kategori              : Uncategories / Umum
Berat Buku           : 0.47 Kg